All Come and Punch Me

Taken from here

At the same time.
Semua datang terlalu tiba-tiba. This semester was a very hard semester. All problem hit me one punch at the same time. Andai kata ini adalah pertarungan tinju, saya pasti sudah knocked out dan tidak bisa bangkit lagi. Bisa. Tapi sulit. Tertatih. Macam Tikus putih pkm-nya Nadia saja. Macam Alm. Muhammad Ali yang akhirnya menderita parkinson di sisa usianya tamat sebagai legenda tinju yang menurut saya, outstanding. Bedanya beliau outstanding tapi tidak dengan saya.

Saya jatuh. Telak. Mencoba untuk bangkit. Dan untuk pertama kalinya. Saya kembali merasakan pipi saya basah bukan karena air wudhu atau karena air keran lainnya. Tapi karena air yang tetiba keluar dari mata.

Semua begitu tiba-tiba sampai-sampai saya tidak sempat menyiapkan serangan balik, bahkan hanya sekedar tambahan energi untuk bangkit pun tidak. Sosial, ekonomi, fisik, mental, semuanya. Dari mulai kesibukan organisasi, jadwal kuliah dan praktikum, sampai urusan mendadak yang diluar kendali. Dari masalah keluarga, finansial, relasi, persahabatan, sampai yang cinta-cintaan semuanya tumpah ruah menjadi satu bermetafora menjadi monster elegi yang akhirnya kesemuanya itu menghajar satu hantaman bahwa itu masalah yang harus saya advokasikan antara saya dan Tuhan saya. Tuhan semeseta alam. Allah.

Kesemuanya itu akhirnya hanya masalah saya dengan Allah.

"Itu artinya Allah sayang sama kamu :)"

Itu cara Allah mengingatkan saya. Mungkin Allah merindukan doa-doa saya? Tapi sungguh, saya merindukan-Nya. Iya. Saya rindu. Mungkin karena itu.

Saya harap begitu. Saya masih berkhusnudzan bahwa, ya, itu bentuk sayangnya Allah pada hambanya. Pada saya mungkin? Tidak ingin tinggi hati, tidak ingin pula kecewa, tapi bukankah Allah tidak pernah mengecewakan? Bukankah cinta Allah itu kekal? Pada semua hambanya, makhluknya, seluruh alam raya. Kenapa saya harus ragu? Saya hanya perlu percaya. Tidak kurang, tidak lebih.

Ya. Cinta Allah kekal. Bukankah Allah tidak mungkin ingkar? Janji Allah itu pasti. Lantas kenapa harus ragu? Kenapa kamu ragu, Fan? You don't need to. Sebab terkadang, kamu mampu, meski kamu tidak mepercayainya. Kalau Allah saja percaya kamu mampu, dengan segala beban yang Allah timpakan padamu, lantas mengapa kamu masih belum juga percaya?

"What doesn't kill you only make you stronger, dek."

Because what doesn't kill you only make you stronger. Awalnya saya tidak pernah mengerti arti phrase tersebut. Maksud saya, awalnya frase tersebut hanya akan membuat saya berucap 'you don;t say'! I mean, of course  sesuatu yang tidak membunuhmu hanya akan membuatmu kuat, sebab ia tidak membahayakanmu. But I was wrong. 

Iya. Sesuatu yang mengancam-mu, seberat, semenakutkan apapun itu, selama kamu masih bisa tetatp hidup, masih sanggup bernapas, jantungmu masih berdetak, dan kamu masih memiliki tanda-tanda kehidupan, utuh, kamu tidak mati, hanya akan membuatmu kuat, lebih kuat. Sama seperti mekanisme adaptasi dan resistensi mikroba terhadap antibiotik. Once you will used to it and there will be no matter. Sudah terlatih sakit hati, terlatih patah hati, wait, kenapa jadi baper, terlatih dengan segala kesulitan itu, kamu tidak lagi menganggap hal itu sebagai obstacle. Sekarang saya mengerti. Arti frase tersebut ternyata tidak secethek itu, kawan.

Nah. Maka, Fan, berproseslah. Jangan berhenti. It's just the beginning. We can do this together. You and I, and of course The Most Powerful and Merciful of All, Allah.

You are right :) All come and punch me at the same time. But it's okay. It will only make me even stronger than before. Say it out loud, shout it, "Hei masalah-masalah besar, aku tidak takut, sebab aku punya Allah yang Maha Besar!"




Comments

Popular posts from this blog

70 Tahun

Pewean

Apakah kamu baik-baik saja?