Posts

Anything happened in my life: 2!3!

Finally, it's 23 now. Never been in my life, I had this kind of calmness. Entah karena memang usia-ku, atau karena tahun ini 21 Februariku aku nggak di rumah dan berada di tempat yang benar-benar nggak kukenal, atau memang temanku yang bisa dihitung pakai jari, atau karena hari ini comeback- nya BTS. But anyway , 21 Februariku tahun ini benar-benar hari terkalem dan tertenang. Meskipun, dengan segala keheningan ini, ajaibnya justru rasanya benar-benar menenangkan. Aku nggak berharap banyak dari usiaku. Aku tahu kalau tiap orang punya timing nya sendiri. So this time, I won't rush . Kalau memang masih jalan di tempat, at least I know that I've tried my best and still try it at my bestest best . Nanti juga ada waktunya sendiri. Keep up your good work, Fan. You're doing great! Nggak papa, kita bisa coba lagi besok :)

Anything happened in my life: Part Diet

Akhirnya, setelah 22 tahun hidup (astaga, I almost 23! ), merantaulah aku di kota yang lumayan jauh dari zona nyamanku, Yogyakarta. Halo Bandung! Pengalaman yang dua bulan ini nantinya memang sudah lama gue rencanakan untuk jadi the journey of finding your (my) self .  Untuk mencari dan merefleksikan lagi who and why am I alive. Dari awal pun, banyak sekali yang menampar gue buat bisa lebih bersyukur. Karena banyak sekali hal yang terjadi setelah sekian lama tidak update posting blog, gue akan mencoba menguraikan  sedikit satu demi satu. Hopefully it will works this time First, before I came to Bandung, I was still on my diet. Ask me why . Nobody told me to take a diet actually. Dan sesungguhnya pun bukan karena alasan body shamming juga. Kalau ditanya kenapa diet, alasannya selalu buat kesehatan. Meskipun motif aslinya ya karena mau lebih kurus aja. No particular reason. Sebagai orang yang terlahir dengan tubuh yang gampang sekali menyimpan lemak, setidaknya sekali, sesaat dalam

A note to remember

It's been a long time since I visit my page, huh? So, how's your life? Well, in that case... it will be a long short story. Mind to read? Well, go ahead. --- Babak Terakhir Di babak terakhir perjalanan T.A. what so called skripsweet -- ku ternyata sama aja sedrama punya orang-orang lain. Kupikir akan jauh lebih less drama  (meskipun enggak pede-pede amat juga sih waktu menduga demikian). Banyak banget intriknya, tarik ulurnya, dan bahkan sampai sekarang rasanya... perharps, I didn't deserve this. Tapi, nggak boleh gitu. Anggap aja, it's a gift eh lebih tepatnya sih reward  dari segala high and fallen nya hidup aku. Hiya. Whoa, whoa, Hang on there. Ehem. My dearly self, congratulation anyway, you've done your best you can: you've accomplished your works you've been started! What a great job!  Kan, kamu sendiri tahu bagaimana luar biasanya bisa bertahan saja adalah hal yang hebat. Jadi, lebih dari bertahan, kamu berhasil menyelesaikannya adalah

Sedikit saja

Boleh tidak, aku mencintaimu sedikit saja? Aku takut terlalu banyak. Tidak baik buatku. Tidak baik buatmu. Aku takut. Boleh tidak? Sedikit saja. --- Ingin apa kamu setelah ini? Ingin melakukan apa saja asal bukan ini. Ingin menyelokan diri dan bergulat dengan postulat dan infografis yang bermanfaat. -- Ingin apa kamu setelah ini. Ingin bersamamu saja boleh tidak? - Aku takut nantinya kau tolak dan kau hempaskan. Jatuh cinta sendirian itu melelahkan. Susah senang ditanggung sendirian. Nanti saja kalu sudah agak tenang. Akan kuceritakan detailnya. -- Tapi.. aku mana tahu sulitnya mencintai dalam diam. Aku mana tahu. Yang kutahu, aku butuh kepastian. Aku tahu. Rupanya. Sulit. --- Akhir episode Apa kukata. Mana tahu sebenarnya ini demi baikku juga. Tapi, sudah kuduga segalanya cuma sementara, Rasa berbunga-bunga itu juga cuma ujian yang sementara. Sekali lagi hampir usai dan kandas di tengah perjalanan. Kamu payah. Menjaga hati. Bagaimana lah mau menjaga lain-lainnya

Cacian Untuk Diriku Sendiri

Mau sampai kapan sih ngelakuin hal yang sia-sia. Nggak ada gunanaya tahu nggak sih fan. Mau sampai kapan ngelakuin hal yang sia-sia. Nothing comes out as you want. Dasar nggak guna. Sok-sokan berbuat baik. Sok-sokan nyemangatin orang. Well, seseorang itu ngelakuin sesuai apa yang dia ingin dapatkan. Jadi kalau gw nyemangatin orang. Lu tahu kan kira-kira apa yang gw inginkan? Gw capek pura-pura bahagia. Capek pura-pura kalau semuanya baik-baik saja. Tapi gw harus, karena cuma gw yang bisa. Cuma gw yang butuh. Cuma gw yang dirugikan kalau terjadi kekeruhan suasana. Semuanya juga bisa kerja sendiri. Tapi enggak dengan gw. Gw butuh orang lain. Mungkin karena terlalu ekstrovert Terlalu manja. Gw ga bisa. Hidup sendiri. Pengecut. Tapi gw harus pura-pura. Capek keles. Percuma minta pertolongan ke manusia, Fan. Lu cuma punya Tuhan. Katanya sih Tuhan sayang, tapi kalau gw sendiri aja ragu, apa mungkin masih pantas disayang Tuhan? Omong kosong lu fan. Udah te

Jeda

Kenapa tulisanmu renggang? Karena aku butuh ruang. Aku butuh jeda. Selalu. Itu penyebab mengapa aku selalu cepat memberi tanda titik dan koma. Lebih karena aku membutuhkan jeda. Seperi sebuah kalimat, ia hanya akan menimbulkan makna hanya jika ia berjeda antar kata. Hari- hari ini juga mungkin aku hanya membutuhkan jeda. Hubungan kita juga, mungkin membutuhkan jeda. Agar kamu bisa bernapas dan berpikir sejenak. Mungkin terlalu melelahkan apabila bersama. Mungkin terlalu membosankan apabila dengan saya. The way I shut people out of my life . "Baik-baik saja, kan?" Tanya-nya suatu siang. Aku? Aku hendak menjawab panjang kali lebar betapa aku tidak baik-baik saja. Tapi berakhir dengan menghapus semua kalimat huruf yang sudah kuketik dan menggantinya dengan susunan huruf-huruf yang baru. Tebak apa bacanya? "Im totally fineee! :)"  See? You won't be able to see it through the statement. Kalimat itu terlalu normal dan baik-baik saja untuk membua

Sepotong Hati yang Baru

Image
Ini penghujung tahun. Tapi masih juga belum bisa memaafkan ikhlas hati ini. Ibarat kata larutan, belum juga ia netral, pH nya masih saja asam. Sampai bila akan selalu masam? Sampai bila terus mendendam? Sampai bila terbakar kali tiada ikhlas? Sulit betul memaafkan. Sulit betul untuk ikhlas. Allahu rabbi. Sampai bila, ya Rabbi? Sekali-kali ia terbang, menukik melukis senyum. Lantas ia dihempaskan jatuh menyisakan lengkungan kurva tertutup bentuk parabola. Bilamana bisa meminta biar saja ia terbang datar seperti biasanya. Agar tidak ada rasa-rasa yang meletup-letup yang congkak kali menganggap dirinya menghias jalan memberikan dinamika. Katanya, itu pertanda bahwa hatimu belum mati. Katanya itu pertanda bahwa kamu masih punya hati. Apa aku harus meminta agar tak punya hati saja agar tidak perlu merasakan dinamika itu? Katanya lagi, bangsa ini hanya siap dipimpin oleh orang-orang yang sudah selesai dengan urusan pribadinya. Dengan tulisanku yang demikian, jelaslah sudah