Posts

Showing posts from June, 2016

Negara Patriarchy

Saya bukan pendukung feminisme. Saya hanya tidak suka gagasan negara patriarchy , dimana ketika laki-laki yang bersalah maka kami kaum perempuanlah yang berdosa. Saya bukan pendukung feminisme. Saya dulunya mengharapkan saya terlahir sebagai seorang laki-laki. Bukan karena saya memang benar ingin. Bukan pula karena orientasi seks atau semacamnya. Tapi bagi saya, di mata saya, menjadi laki-laki selalu menyenangkan. Kalian. Kaum laki-laki harusnya bersyukur. Kebaikan sekelumit yang dilakukan laki-laki selalu bernilai luar biasa besar di mata sosial. Laki-laki, tidak bisa memasak, tidak rapi, ugal-ugalan, berkata kasar, acuh tak acuh, adalah hal biasa, dan hal tersebut tetap terlihat keren. Bukan merupakan suatu kesalahan. Tapi laki-laki bisa memasak, rapi, sopan, ramah, dan baik hati? Perfecto . Pun sama di kancah pemerintahan, politik, kepemimpinan, laki-laki selalu bernilai lebih. Lebih netral, lebih logis. Lebih bisa diterima kaum manapun. Saya tidak menafikkan bahwa hal terse...

Kejar, Lari, Ambil! [Bagian 2]

Postingan sebelumnya:  Kejar, Lari, Ambil! [Bagian 1] Tidak lama dari penutupan registrasi beasiswa tersebut, peserta yang lolos tahap seleksi satu diumumkan. Lantas saya bertemu kembali dengan senior saya itu. Saya mengabarkan bahwa hari ini adalah hari pengumumannya. Lantas si senior bertanya, pertanyaannya mengiris hati, menampar batin. Serius.  Nggak bohong . "Iya hari ini pengumumannya. Tadi aku membaca, tapi aku tidak menemukan namamu di situ. Apakah aku salah membaca? Atau..." Pertanyaan menggantung itu seketika menghunjam jantungku. Tsaah. Serius. Waktu mendengar itu, sakitnya bukan main. Tertohok yang benar-benar tertohok. Di kepala saya waktu itu sudah ada ilustrasi panah yang tiba-tiba menusuk entah dari mana tepat di jantung saya.

Kejar, Lari, Ambil! [Bagian 1]

Huft. Keren ya. Kalian tuh. Bikin ngiri. Astaghfirullah. Aku mah apa? Remah rengginang aja nggak level :( Hmm, jadi begini alur ceritanya. Suatu hari yang cerah, 'Eh halo. Sekarang kelas berapa?' Oh c'mon . Aku nggak terlihat sechubby dan se-imut itu sampai setiap bertemu dengan orang pertanyaan yang pertama kali terlontar adalah ' kelas berapa ' bukan ' studi di mana ' atau ' ambil prodi apa ' atau'  kuliah dimana ' atau yang lebih konkret lagi, ' semester berapa ' . 'Kuliah, mbak.' 'Kuliah, pak.' 'Kuliah, tan.' 'Kuliah, oom.' 'Oh. Haha. Maaf maaf.' 'Oh, kamu suka nggambar . Kok nggak masuk FSRD aja ? Atau arsi?'

Kenapa anak Advo?

Image
Kamu anak departemen advo? Kamu bercanda, ya? Bercanda? Mungkin.  Tapi saya tidak sedang bercanda. Iya. Sudah biasa. Adalah pertanyaan pertama yang terlontar ketika saya menjawab pertanyaan ' Kamu di BEM departemen apa? ' adalah pertanyaan yang sering saya dengar setelah pertanyaan, ' Sekarang kelas berapa? '  Sudah kebal.  Anyway, saya juga tudak pernah mengerti apa yang terjadi dan berkembang di masyarakat mengenai saya.  How social defined me .  They don;t know who I am, but they judge me less than a sec .  But hey, that's how social works . Apa yang salah dengan menjadi alumni Padmanaba yang senang menggunakan pakaian semi syar'i -kalau tidak bisa dibilang syar'i- dan senang mengaji? Apa yang salah dengan muslimah berjilbab yang tahu lagu simple plan? Apa yang salah dengan muslimah berjilbab menyampaikan aspirasinya dan berkontemplasi mengenai alam? Men tadabbur i makhluk ciptaan Allah? Men tafakur i fenomena sosial yang terjadi di...

Apakah kamu baik-baik saja?

Image
Taken from  here Tadi malam aku memimpikan wajahmu. Memimpikan kamu tersedu mencoba menerima kepergian ayahmu. Kamu sangat tegar. Kamu luar biasa. Begitu nyata, sampai kala terbangun aku bertanya, bagaimana kabarmu hari ini? Lama sudah kita tidak bertukar kabar. Apakah mimpi ini sebuah pertanda? Haruskah aku menyambangi pondok perimu itu sekali lagi? Atau mungkin lebih dari sekali? Perlukah kubawakan bunga dan selai untuk kita santap bersama? Tadi malam aku memimpikan wajahmu. Kamu sedih. Kamu lelah. Berpeluh sedang mengambil kerja sambilan. Tapi kamu tidak sedang bekerja sambilan kan? Kamu hanya tersenyum. Lalu seperti dulu kamu berkisah. Kisahmu selalu membuatku tertawa. Selalu? Bahkan kamu baru pernah berkisah sekali. Dua kali jika kisahmu yang ini dihitung. Belum selama itu ternyata. Tapi kamu berhasil membuatku tertawa. Lalu tidak jauh dari situ kita bersama bermain-main musik dengan anak-anak yang mulanya bahkan angkuh tidak mengindahkan kedatangan kita. Begitu nyata,...

All Come and Punch Me

Image
Taken from  here At the same time. Semua datang terlalu tiba-tiba. This semester was a very hard semester. All problem hit me one punch at the same time. Andai kata ini adalah pertarungan tinju, saya pasti sudah knocked out  dan tidak bisa bangkit lagi. Bisa. Tapi sulit. Tertatih. Macam Tikus putih pkm-nya Nadia saja. Macam Alm. Muhammad Ali yang akhirnya menderita parkinson di sisa usianya tamat sebagai legenda tinju yang menurut saya, outstanding . Bedanya beliau outstanding  tapi tidak dengan saya. Saya jatuh. Telak. Mencoba untuk bangkit. Dan untuk pertama kalinya. Saya kembali merasakan pipi saya basah bukan karena air wudhu atau karena air keran lainnya. Tapi karena air yang tetiba keluar dari mata. Semua begitu tiba-tiba sampai-sampai saya tidak sempat menyiapkan serangan balik, bahkan hanya sekedar tambahan energi untuk bangkit pun tidak. Sosial, ekonomi, fisik, mental, semuanya. Dari mulai kesibukan organisasi, jadwal kuliah dan praktikum, sampai uru...

1 Ramadhan: Writing Challenge Begin!

Image
Doc. Pribadi Ah. It's Ramadhan! I'm just too excited that now, we're in :') Aaaaaaaa! Saya sangat senang. Semoga Ramadhan tahun ini barokah. Meskipun setengah ramadhannya sendiri habis untuk fokus UAS. Huhu. Karena sudah memasuki bulan ramadhan lagi. Saatnya untuk Writing Challenge #2 Mari menantang batas sampai sejauh apa saya bisa mengolah kata. Enggak sih, cuma alibi aja biar nggak balik tidur sehabis sahur dan sedang tidak mood untuk mengulang pelajaran.

ALERT!

Image
ALERT! Ada mas-mas alien! doc. pribadi taken by Yurida Ni'ma I couldn't help but post this funny photo. Well, there's nothing to do with the guy pose next to me. Anyway he is my senior. He is kind and funny. He could get along with people easily. Such an easygoing person. No. This post wasn't dedicated for him or what. I just couldn't help it while it's impossible to use it as a profile picture at any account of my social media, or even post it on instagram. Know what? They probably will judge it in less than a second. No. We're nothing. Absolutely not. It was taken only because of his overload randomness after Lustrum Farmasi 70. When I was make pose prepared, my friend was counting but then, this super random senior appear and voila he stood next to me making super random poses. Actually, it was fun. That's why I could not help but post it. Well, I could say that I've been overjoyed that time. So then, pardon my random intermezzo po...