Day #15 Pilihan Hidup?
doc. http://ngm.nationalgeographic.com/ngm/photo-contest/2011/entries/83354/view/ |
Sudah sejak postingan terakhir di bulan Ramadhan lalu saya menanyakan kegundahan hati saya. Sebenarnya sampai sekarang saya belum benar-benar menemukan jawaban. Malah dihadapkan dengan beberapa kasus dan fakta yang sangat memukul.
Apa salah jamaah saya?
Kalau saya tidak mau ambil pusing, saya tinggal bilang saja, itu pilihan hidup mereka. Dan memang ya, itu pilihan hidup mereka, and there's nothing to do with it. Akhirnya, semuanya bukan lagi tentang mereka atau kita. Semuanya tentang saya. Saya yang merasa bersalah dan saya yang ditinggalkan tersesat sendirian ketika setiap dari yang lainnya menemukan tempat untuk melabuhkan pilihan hidupnya, memulai perjalanan yang baru.
Apa kamu sudah menemukan jalanmu?
Iya. Kamu pasti sudah menemukan jalan yang mau kamu ambil. Jalan yang menurutku bukan jalan yang tepat. Meskipun aku juga belum bisa memberimu pilihan mana jalan yang benar. Aku saja masih kebingungan mencari arah. Melihat banyak celah, tapi belum menentukan dimana celah yang mau aku telusuri.
Apa aku salah jalan?
Katakan. Apa aku salah jalan? Aku menolak untuk menuruti tanpa mengetahui. Sebagian informasi dari otakku berkata itu juga tidak tepat. Tapi setidaknya jalan itu yang aku ambil sekrang, sebelum aku melabuhkan dan memilih lajur mana yang akan kutelusuri. Masih di tengah jalan lengang menuju persimpangan yang entah kemana aku harus memilih.
Jalan lurus-Mu. Yang manakah itu?
Yang manakah itu? Kamu seperti orang bodoh yang terus bertanya. Membiarkan banyak bisikan masuk ke telingamu. Mbok sudah, jalani saja. Yang manapun selama tidak bertentangan dengan Syahadat, Al-Qur'an dan As-Sunnah atau Al-Hadits yang manapun itu kamu menyebutnya.
ISIS, NU, Muhammadiyah, PKS, Salafi, dan teman-temannya. Mana berhak menilai siapa hendak masuk surga? Mana berhak menilai dirinya paling benar? Saya tidak pernah menyalahkan satu diantara manapun. Tapi apa saya salah bilamana saya tidak menyalahkan dan tidak membenarkan pula salah satu sahaja? Bagi saya yang mana saja selama itu Islam, apa salahnya? Bukannya Allah itu satu? Pun juga tidak saya samakan semua agama. Saya percaya Islam yang paling mulia. Dan Nabi Muhammad SAW diturunkan sebagai rahmatan lil alamin.
Partai, golongan, hanya memudahkan teknis saja. Bukan seharusnya Islam itu satu?
Sejak kapan ada istilah Islam garis keras, garis lemah, garis tengah, garis merah, garis-garis. Islam ya Islam. Kenapa harus membeda-bedakan? Begitu saja kok repot. Musuh kita yang nyata sudah bersatu. Mau sampai kapan sesama umat muslim saling menjatuhkan, saling mengkafirkan, merasa paling benar. Kalau anda merasa benar, benahi juga yang lainnya. Itu kan juga kewajiban anda. Bukan malah menghujat dan ikut mencela.
Kalau begitu bukankah sama sahaja lah kita dengan orang-orang dzalim lainnya, yang egois memakan surga hanya untuk diri seorang saja?
Ah sudah, saya serahkan dulu kepada Yang Maha membolak-balikkan hati, Yang Merajai seluruh isi bumi, Yang menjadi Khaliq dari seorang diri saya yang bukan siapa-siapalah ini.
Hei, penduduk bumi saat ini sudah mencapai lebih dari 7,2 milyar jiwa. Jumlahkan dengan manusia sejak Nabi Adam diciptakan. Rasul-rasul, nabi-nabi, para sahabat, khalifatullah, masihkah kita berani berpikir bahwa kita ini istimewa? Kita ini mung uwuh. Tanpa Allah, awake dhewe kui mung uwuh.
Comments
Post a Comment