Day #4
![]() |
doc. google browser |
Fabi ayyi 'alaa i rabbi kumaa tukadzdzibaan.
--
Nah, kemarin saya temukan sebuah laman yang menggelitik hati saya. Sedikit membuka titik terang tentang kerinduan saya yang saya tuliskan kemarin.
Being a muslim is not a hobby. It is a heart change followed by lifestyle change.
--
That's true.
Setidaknya itu membuka titik terang dari gelap gulita kebingungan saya. Meskipun itu bukanlah sebuah jawaban bagi saya. Belum. Belum jawaban bagi saya.
Tapi kemudian, tidak lama saya kembali diingatkan. Jalan yang saya pilih sekarang may filled lots of blessings. Belum ada apa-apanya dibandingkan dengan saudara-saudara muslim yang ada di penjuru dunia yang lain. Muslim Rohingnya, Palestina, dan yang terakhir muslim di Xinjiang China sana. They faced too many violation. Bahkan saya juga belum melakukan apa-apa untuk mereka.
My fairy world might have nothing compared to their children's world.
Tidak perlu dunia peri. Mereka bisa bernafas dan sholat dengan tenang saja sudah merupakan rahmat yang besar. Tapi hal itu bukan excuse untuk meninggalkan urusan keduniawian bukan? Apa kemudian kita peduli dengan muslim yang di jauh sana sedangkan muslim yang di sini kamu sakiti hatinya, kamu patahkan semangatnya, dan kamu biarkan kelaparan? There just so many around us. Teguran ini berlaku untuk siapa saja yang mengaku muslim.
Menghidupkan nilai-nilai kehidupan berarti menegakkan nilai-nilai Islam. Bukankah Islam itu rahmat bagi seluruh umat? Is it affiliation? No. It's just Islam.
Ah, saya terlalu merindukan kedamaian hati itu sepertinya...
Comments
Post a Comment