Anything happened in my life: Part Diet

Akhirnya, setelah 22 tahun hidup (astaga, I almost 23!), merantaulah aku di kota yang lumayan jauh dari zona nyamanku, Yogyakarta. Halo Bandung!

Pengalaman yang dua bulan ini nantinya memang sudah lama gue rencanakan untuk jadi the journey of finding your (my) self . Untuk mencari dan merefleksikan lagi who and why am I alive. Dari awal pun, banyak sekali yang menampar gue buat bisa lebih bersyukur.

Karena banyak sekali hal yang terjadi setelah sekian lama tidak update posting blog, gue akan mencoba menguraikan  sedikit satu demi satu. Hopefully it will works this time

First, before I came to Bandung, I was still on my diet. Ask me why. Nobody told me to take a diet actually. Dan sesungguhnya pun bukan karena alasan body shamming juga. Kalau ditanya kenapa diet, alasannya selalu buat kesehatan. Meskipun motif aslinya ya karena mau lebih kurus aja. No particular reason. Sebagai orang yang terlahir dengan tubuh yang gampang sekali menyimpan lemak, setidaknya sekali, sesaat dalam hidup, gue pingin dong ngerasain emang gimana sih rasanya kalau kamu tuh punya badan yang lebih kurus, lebih ringan, is it that good?

Don't judge me. 

Karena selama proses gue diet, nggak jarang banget yang langsung decouraging, "Ngapain lu diet." dan sejenisnya. Meanwhile, orang-orang itu juga yang akan pertama kali melayangkan protes ketika liat temennya gendutan. Just... mind your own business won't you? Therefore, gue selalu mengingatkan diri gue, kalau gue makan adalah buat memenuhi nutrisi tubuh gue, bukan karena nafsu lapar mata, bukan juga karena pendapat orang.

Pelajaran yang pertama gue dapatkan selama proses diet adalah bagaimana mindset sangat berpengaruh dengan pola hidup dan pola makan. Gegara program diet yang super duper impulsif ini, gue jadi aware dengan jumlah kalori dan jenis makanan yang gue makan dalam sehari. Emang sih, untuk ukuran diet, yang gue lakukan termasuk yang hard level dalam waktu 5 bulan. Asupan sehari kalori gue cuma 900 an kkal. Padahal orang normalnya makan 1500 kkal. Memang sengaja gue program defisit kalorinya lumayan. Karena waku awal-awal diet emang lifestyle nya masih sedentary life style dan nggak banyak gerak. Karena nggak yakin bisa olah raga rutin, jadi untuk loss weight benar-benar ngandelin sama asupan makan doang.

Tapi kemudian gue belajar dari eksperimen dengan tubuh sendiri gini, bahwa tubuh yang sehat itu nggak hanya asal kurus, tapi asupan yang seimbang dan sesuai kebutuhan tubuh. Dan begitupun dengan olahraga. Yang awalnya motivasi awal rutin olahraga hanya soal weight loss, lama-lama shifting agar supaya lebih bugar dan sehat.

Salah satu motivasi besar gue selain biar bisa ngerasain sekurus oppa-oppa BTS adalah:


Generasi terbaik adalah generasi di zamanku, kemudian masa setelahnya, kemudian generasi setelahnya. Sesungguhnya pada masa yang akan datang ada kaum yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bersaksi sebelum diminta kesaksiaannya, bernazar tapi tidak melaksanakannya, dan nampak pada mereka kegemukan”. (HR. Bukhari 2651 dan Muslim 6638)



Meskipun tafsirnya nggak hanya sekedar soal 'gemuk' nya, but there is this point, yang berarti we should avoid eating only to fulfill the appetite. Selama diet ala-ala ini, gue jadi belajar banget setiap gue makan, tujuannya adalah memenuhi asupan dan haknya tubuh gue. Kalau makanannya enak, itu bonus. Hasilnya? Agak nyusahin sih, karena sekarang jadi nggak terlalu suka sama makanan- makanann junk food, which is way more common and popular among people nowadays. Mana makanan aneh-aneh makin banyak juga, orang cenderung suka wisata kuliner pula.

Hal yang nyusahin dari diet ini adalah, gue jadi dikatain ansos dan terbatas media approach ke orang-orang baru. Karena sekarang jadi ngerti banget, food politic atau politik meja makan really does exist! Gegara makan bareng, banyak sekali barikade yang bisa diruntuhkan untuk bisa pendekatan ke orang-orang baru. Sekarang gue jadi sadar kalau hang out, nongkrong, and such a thing tujuannya bukan hanya sekedar makan, motifnya bisa macam-macam, tapi makan tidak hanya sekedar makan Dan bagi orang yang menjaga makan dan jenis makanan yang dimakan kayak gue gini, itu jadi ujian dan cobaan terberat. Dikatain picky lah, nggak seru lah, nggak sehat lah, berlebihan, lebay, dan segala rupa.

Well, people do judge harshly.

Oh c'mon guys, buat kalian yang bisa makan banyak banget tanpa takut khawatir nambah timbunan lemak dan gaining weight, kalian bisa banget bilang kayak gitu. Lossing weight is not your level, your legacy was already far beyond. Tapi buat orang-orang kayak gue, hal yang seremeh makan gitu aja matter a lot. Tapi nggak papa, gue enjoy aja, cara gue yang emang kudu ng-effort gini, jalanin aja. Meskipun, terkadang ada momen-momen dimana gue harus ngalah dan makan makanan-makanan yang enak tapi bukan preferensi gue agar supaya politik meja makan ini bisa berjalan lancar.

Just so you know, I eat that and already planning for work out revenge without you guys knowing.

Yaudah sih, makan makan aja, gendut-gendut aja.
Easy for you to say. It's simply unhealthy, now take that as the main reason, satisfy? :)


--

Terus, pelajaran kedua nya?
Pelajaran kedua yang gue dapat selama proses diet ini? Pernah dengar lagunya Alessia Cara 'The scars of your beautiful'?

Exactly, gue jadi belajar banget untuk menerima diri gue. Gue belajar bahwa standar cantik itu ada banyak dan kita bisa menentukan sendiri definisi cantik buat diri kita. Gue belajar banget kalau tubuh orang itu nggak bisa disamakan satu sama lain. Kondisi tubuh orang beda-beda, jadi hati-hati bilang orag itu gemuk, kurus, cantik, lebih cantik. There's no such standard.

Sorry not sorry for my shallow musing about these 'physical things'. 
Seriusan, standar cantik itu dibuat-buat, selama gue ngejalanin diet ini, gue jadi aware kalau, cantik itu banyak sekali definisinya, dan kuncinya cuma love your self. Kalau bukan gue sendiri yang sayang sama diri gue sendiri lantas siapa lagi? Nggak mungkin gue bergantung ke orang lain buat sayang ke diri gue sementara gue sendiri maki-maki diri gue.

Dari situ gue tahu, kuncinya adalah syukur.
Nggak ada yang lain. Selama gue bersyukur, nggak ada ceritanya gue ngerasa kurang. Allah udah susah-susah nge-arrange bentukan gue kayak gini in a perfect way. The ahsanul kholiq. Jadi, kenapa ribut-ribut. Tugas gue sebagai yang dititipi, yang diamanahi muka, bentukan, tubuh, yang kaya gini ya tinggal ngerawat, ngejaga, dan memberikan haknya sebagai bentuk rasa syukur gue. Bukannya ngebancingin sama teteh-teteh yang emang putih, tinggi, langsing emang dari sananya. Allah tahu the best form-nya Fani ya yang kayak begini.

Just, do not worry too much with me and my meals guys. I'm fine and I'm sure I know what am I doing. Thank you for giving me your attention though. It's nice to have people to remind you to eat. But sorry, I prefer healthy meals :( If you don't mind serving nongreasy and low-fat meals, I'll make sure I can eat a lot.







Comments

Popular posts from this blog

70 Tahun

Pewean

Apakah kamu baik-baik saja?