Kaki Kecil
Senyum itu...
Ketika aku pulang.
Ketika aku pulang, entah dengan wajah sumringah atau wajah muram sekalipun, akan ada langkah-langkah kecil yang terdengar ketika aku memarkirkan motor di garasi rumah.
Ketika aku pulang, entah dengan wajah sumringah atau wajah muram sekalipun, akan ada langkah-langkah kecil yang terdengar ketika aku memarkirkan motor di garasi rumah.
Langkah-langkah itu terdengar menghentak lantai rumah begitu keras menandakan antusiasme si pemilik langkah itu. Seketika suara langkah itu terhenti sejenak dan berubah menjadi suara derit pintu.
"Mbak Manni dah pulaaang."
"Assalamu'alaikum,"
"Talaam."
"Assalamu'alaikum,"
"Talaam."
Pemilik langkah kaki itu selalu setia membukakan pintu setiap aku pulang, entah sore, entah malam. Ia juga yang selalu setia menjawab salamku.
Tapi,
"Mbaaak, mau saliiim!" Sambil menyantap sarapannya ia merengek pagi ini memanggil manggil namaku.
"Fan, adeknya mau salim..." Ibu memandangku dengan masygul.
"Salim jarak jauh ya" Kataku kemudian.
"Nggak mau!" Belum berhenti pula rengekannya.
Kalau ia baik-baik saja, aku yakin ia sudah menghambur ke arahku dan menarik tanganku tanpa harus merengek.
Kalau ia baik-baik saja, aku yakin ia sudah menghambur ke arahku dan menarik tanganku tanpa harus merengek.
"Sebentar, ibu gendong saja..."
Dan akhirnya si pemilik langkah itu pun tersenyum dalm gendongan Ibu. Kedua kakinya terjuntai. Salah satu kakinya diperban.
Ya. Kaki kecilnya mengalami keretakan akibat kecelakaan saat bermain sore yang lalu.
Biarpun begitu ia tetap tersenyum mencium tanganku.
Fatma...
Cepat sembuh :"
Cepat sembuh :"
Comments
Post a Comment