Leave Me in Peace
Saudara Sampai Surga,
begitu kami menyebutnya.
Berat? Memang.
Untuk bersama mereka, ada jutaan hal yang harus rela dikorbankan. Meskipun kadang tidak rela-rela amat juga. Mungkin pengorbanan mereka jauh lebih banyak sih. Mereka kan punya banyak sekali lingkaran pertemanan yang menjanjikan. Tapi aku?
Aku bersyukur.
Setidaknya dengan ikatan ini, aku bisa sebentar menyicipi memiliki lingkaran pertemanan sedekat ini. Setidaknya, aku tahu mereka tidak akan seenaknya pergi karena kita punya kepentingan yang sama. Iya. Kepentingan yang sama. Kalau saja bukan karena motif kepentingan itu, jelas saja aku tidak akan bisa bahkan berada dekat dengan mereka-mereka. Kalau saja bukan karena kepentingan-kepentingan itu, sudah sejak lama mereka muak dan pergi meninggalkan aku. Atau yang lebih parahnya, bahkan mereka tidak peduli dengan keberadaanku.
Aku bersyukur.
Kalau bukan karena punya motif kepentingan di CCRC, mungkin kami tidak akan bersama.
Tapi.. aku tidak boleh terlalu senang kan? Ketika kepentingan itu sudah terpenuhi, tentunya mereka akan kembali pada lingkaran pertemanannya sendiri. Dan aku? Akan kembali berjalan sendirian. Seperti biasa. Aku harus bersiap. Bahwa cepat atau lambat kami akan berpisah. Dan mungkin tidak hanya masalah jarak.
Semua dibangun karena kepentingan.
Nggak ada rasa tulus. Ya kan?
Bahkan ketulusan itu sendiri muncul sebagai kepuasan diri sendiri,
Sendiri.
Aku takut berpikir demikian. Takut membayangkan bahwa senyatanya itulah yang terjadi. Tapi... aku jauh lebih takut kalau tidak mengantisipasinya dan sekali lagi tenggelam dalam lubang yang sama. Hanya karena I've got too carried away. Maka dari itu, aku harus mulai terbiasa dan menganggap bahwa semuanya hanya hubungan profesional. Sedih profesional, senang profesional, bahkan antusias secara profesional.
Don't think. Just feel.
But I can not.
I'm overthink my feelings.
Because I know that feelings are just temporary.
Maka, bersama kalian juga... hanya sementara.
---
Aku... sedih. Sebenarnya. Merasa selalu dibayangi bahwa, suatu hari semua yang kumulai pasti berakhir. Dan juga hubungan. Tidak terlalu pandai menjaga hubungan. Karena kupikir, antara tidak mengakhirinya atau menggantungkannya adalah sama. Aku tahu bahwa tanpa aku melakukan kesalahan semuanya juga akan berakhir.
Yang lalu adalah lalu.
Yang sekarang adalah yang penting untuk diperhatikan.
Masalahnya adalah... suatu hari, prioritasku, prioritasmu akan berubah.
Dan suatu hari, namaku tidak akan ada dalam prioritasmu :)
I'm ready for it. It's okay. Leave me in peace.
---
begitu kami menyebutnya.
Berat? Memang.
Untuk bersama mereka, ada jutaan hal yang harus rela dikorbankan. Meskipun kadang tidak rela-rela amat juga. Mungkin pengorbanan mereka jauh lebih banyak sih. Mereka kan punya banyak sekali lingkaran pertemanan yang menjanjikan. Tapi aku?
Aku bersyukur.
Setidaknya dengan ikatan ini, aku bisa sebentar menyicipi memiliki lingkaran pertemanan sedekat ini. Setidaknya, aku tahu mereka tidak akan seenaknya pergi karena kita punya kepentingan yang sama. Iya. Kepentingan yang sama. Kalau saja bukan karena motif kepentingan itu, jelas saja aku tidak akan bisa bahkan berada dekat dengan mereka-mereka. Kalau saja bukan karena kepentingan-kepentingan itu, sudah sejak lama mereka muak dan pergi meninggalkan aku. Atau yang lebih parahnya, bahkan mereka tidak peduli dengan keberadaanku.
Aku bersyukur.
Kalau bukan karena punya motif kepentingan di CCRC, mungkin kami tidak akan bersama.
Tapi.. aku tidak boleh terlalu senang kan? Ketika kepentingan itu sudah terpenuhi, tentunya mereka akan kembali pada lingkaran pertemanannya sendiri. Dan aku? Akan kembali berjalan sendirian. Seperti biasa. Aku harus bersiap. Bahwa cepat atau lambat kami akan berpisah. Dan mungkin tidak hanya masalah jarak.
Semua dibangun karena kepentingan.
Nggak ada rasa tulus. Ya kan?
Bahkan ketulusan itu sendiri muncul sebagai kepuasan diri sendiri,
Sendiri.
Aku takut berpikir demikian. Takut membayangkan bahwa senyatanya itulah yang terjadi. Tapi... aku jauh lebih takut kalau tidak mengantisipasinya dan sekali lagi tenggelam dalam lubang yang sama. Hanya karena I've got too carried away. Maka dari itu, aku harus mulai terbiasa dan menganggap bahwa semuanya hanya hubungan profesional. Sedih profesional, senang profesional, bahkan antusias secara profesional.
Don't think. Just feel.
But I can not.
I'm overthink my feelings.
Because I know that feelings are just temporary.
Maka, bersama kalian juga... hanya sementara.
---
Aku... sedih. Sebenarnya. Merasa selalu dibayangi bahwa, suatu hari semua yang kumulai pasti berakhir. Dan juga hubungan. Tidak terlalu pandai menjaga hubungan. Karena kupikir, antara tidak mengakhirinya atau menggantungkannya adalah sama. Aku tahu bahwa tanpa aku melakukan kesalahan semuanya juga akan berakhir.
Yang lalu adalah lalu.
Yang sekarang adalah yang penting untuk diperhatikan.
Masalahnya adalah... suatu hari, prioritasku, prioritasmu akan berubah.
Dan suatu hari, namaku tidak akan ada dalam prioritasmu :)
I'm ready for it. It's okay. Leave me in peace.
---
Comments
Post a Comment