Bahagialah


Pengecut.

Ini hidupku. Iya, hidupku. Yang memberi Allah. Hidupku ini, kalau dipikir-pikir, iya ya cuma sebuah keberuntungan, keberuntungan aku masih bisa hidup sampai saat ini.

Kuhela nafas.

Lalu apa yang membuatku begitu takut untuk menjalaninya? Seolah-olah aku ingin kabur ke sebuah tempat, yang terbayang dipikiranku cuma padang ilalang. Diam, dan mendengarkan suara angin. Aku jadi kangen prep JM.

Seolah-olah aku hanya ingin duduk dan melihat potongan flasback film Heaven Postman atau Bridge to Terabithia berulang-ulang. Aku jadi kangen duduk diam di depan kelas waktu aku SMP dulu.

Aku ingin lari. Sebegitu pengecutnya kah diriku? Sebentar, aku berlebihan.
Aku hanya... kadang-kadang ingin lari. Atau diam. Tenang. Ingin beristirahat sejenak dari hiruk pikuk dunia. Beristirahat dari sebuah kompetisi kehidupan.

Hanya ingin. Kalau ingin lakukan sajalah. Apa susahnya?! Apakah perlu kamu ucapkan? kamu tunjukkan? Lakukanlah. Apa susahnya? Mau sampai kapan kamu merutuki dirimu dan berpura-pura menyedihkan? Daripada merutuki dirimu, bukankah seharusnya kamu coba untuk tersenyum? Setidaknya, jika kamu tidak benar-benar bahagia, berpura-puralah untuk bahagia selayaknya kamu berpura-pura menderita.

Pengecut.

Sudah saatnya kamu tersadar dan berhenti dari pelarianmu yang melelahkan dan tanpa tujuan itu. Berhentilah di suatu tempat lalu berpura-puralah bahagia di sana. Sebentar, kamu pasti akan segera menyadari apa itu bahagia.

Tidak memerlukan syarat untuk bahagia. Berpura-puralah bahagia, dan lihat saja, semesta alam akan membahagiakanmu.

Ya, itulah permainan dunia. It's just a game.
Try to put a smile :)

Comments

Popular posts from this blog

70 Tahun

Pewean

Apakah kamu baik-baik saja?