Posts

Showing posts from September, 2015

Hey Kamu (After all this time)

Saya sedih setiap kali melihat wajah anda bertebaran di timeline saya. Bukan mengapa, hanya saja itu selalu mengingatkan saya akan diri anda, dan ketika ingat anda, yang saya ingat adalah bahwa saya tidak ingin kalah dari anda. Saya ingat kalau ada banyak hal yang perlu dipahami di dunia ini. Banyak hal termasuk mata kuliah yang saya pelajari. Saya sedih, saya kesal, tapi sedikit saya juga berterimakasih. Hati saya terbakar. -- Hai kamu, yang sudah menemukan rumah untukmu bernaung, atau sekedar menyandarkan bahu sejenak. Selamat. Aku turut bahagia atasmu. Sudah kubilang, hanya masalah waktu. Semuanya juga akan kembali seperti biasa. Pertemuan dan perpisahan. Tidak lagi heran dengan kata perpisahan bukan? Kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, dan kamu. Good luck! --

Veritas, Aqua Rosae!

Felix felicis.  Panthera tigris. Fructus anisi. Potio niger et venum nigrum. Signa e ante coenam. Veritas! Recipe de capsulae milligrammata triginta. Mbak, itu mantra Harry Potter ? -- Iya. Sekarang, setiap minggu saya selalu mendapatkan pelajaran merapal mantra di kampus saya. Tidak main-main, mantra ini dapat berguna untuk menyembuhkan penyakit. Bukan. Saya bukan ahli sihir. Saya hanya seorang farmasis. Mata kuliah yang mengajarkan saya ilmu merapal mantra adalah farmasetika dasar. Dalam mata kuliah itu yang menarik adalah sekejab kelas menjadi kelas kursus bahasa latin. Hal ini tentunya dikarenakan bahasa komposisi obat dan banyak nama ilmiah yang menggunakan bahasa latin.  Bahasa Latin. Why?  Bahasa yang dianggap sebagai bahasa internasional sains. Bahasa yang tidak berkembang lagi setelah berabad silam dan tentunya, penggunaannya dan pembacaannya yang cukup sederhana sehingga tidak menimbulkan makna bias ketika diucapkan. Jadilah kam...

Kenapa Farmasi?

Image
Doc. Google "Fan, apa alasan lo milih farmasi?" Mau tahu aja, apa mau tahu banget? "Seriusan, apa alasan lo milih farmasi? Secara gue denger lo suka dan jago gambar" Ralat. Saya memang suka gambar, tapi enggak  jago juga, kok. Saya harap saya bisa menjawab dengan mantap, karena saya pingin . Tetapi kenyataannya tidak demikian, saudara-saudara. Ceritanya cukup panjang dan kalau boleh jujur, terdapat unsur rasisme di dalamnya. Rasis apa? Rasis terhadap golongan profesi dokter. Dilatarbelakangi oleh kebencian saya dengan profesi dokter yang muncul sebab pelayanan dokter yang saya terima sejak dulu kala selalu berhasil menyakiti hati saya. Didukung dengan beberapa faktor yang saya sebut qadarullah, di sini lah saya. Menyesal? Tidak. Saya bersyukur. Saya mah  bahagia-bahagia saja. Di sini saya mendapatkan lingkungan dengan kultur belajar, beribadah, dan berpendapat yang sangat masyaaAllah . Dengan hal tersebut, apa masih pantas saya menyesal? Kangen rumah ...